Pada dasarnya moyang-moyang yang datang di Oryoin berasal dari berbagai tempat secara bergilir melalui Soa dan Marga. Soa yang pertama tiba di tanjung Oryoin adalah Soa Lerebulan, yang dipimpin oleh moyang yang bernama Malayamin Aselu dengan isterinya bernama Aseren dan bertempat tinggal di Oryoin.
Soa Lerebulan pada awalnya bertempat tinggal di desa Yempori desa Latdalam dan berpindah ke Oryoin sebagai akibat dari perkawinan saudari mereka yang bernama Aslyaru dengan seorang lelaki dari Adaut sehingga terjadi pembunuhan terhadap satu keluarga di Adaut yang berdekatan dengan desa Yempori desa Latdalam, untuk mengantisipasi penyerangan kembali dari masyarakat Adaut maka mereka berpindah tempat dari Yempori Latdalam ke Oryoin.
Malayamin Aselu dan isterinya Aseren berpindah dari desa Yempori Latdalam bersama empat anaknya, dan setelah tiba di Sangliat Krawain anak bungsunya yang bernama Nawak turun dan menempati desa Sangliat sungai, Kemudian setelah sampai di desa Tamrian anak ketiganya yang bernama Atafun karena mengingat saudara bungsunya, maka ia turun dan menempati desa Tamrian. Perjalanan selanjutnya mereka sampai di desa Oryoin, dan disitulah Melayamin Aselu dan Isterinya Aseran turun bersama anak sulungnya yang bernama Lorvan dan menempati desa Oryoin, selanjudnya anak laki-laki yang kedua bernama Rawan meneruskan perjalanan ke desa Kilmasa.
Melayamin Aselu serta keluarganya kemudian ke Ulsolnar/Webosik sementara pada saat meti kei mereka mencari sumber air dengan mempergunakan seekor anjing yang bernama Tambirselu yang pada lehernya diikat tempurung yang sengaja dilobangi dan mengisi air yang dicampur dengan abu dapur kemudian mereka mengikuti anjing tersebut hingga sampai ke sumber air yang berada di bawa pohon Kalyari, selanjutnya mereka menggalinya dan menamakan air tersebut Wedas.
Soa berikut yang datang ke desa Oryoin adalah Soa Kormbadalim dengan moyangnya Androlin dan Ares. Mereka datang dari sebelah barat yaitu tanjung yang bernama Ampotnibnu dan setelah tiba di sebelah Timur mereka menempati tempat yang bernama Batnyam, dari Batnyam Androlin dan Ares melihat dari jauh tanjung Oryoin belum ada tanda-tanda adanya orang yang tinggal di sana.
Selang tiga hari kemudian Androlin dan Ares membuat sebuah perahu dari kulit kayu untuk pergi ke tanjung Oryoin dan setibanya mereka di sana, mereka membuka lahan untuk berkebun demi kebutuhan hidup mereka.
Pada suatu ketika Androlin pergi mencari ikan dengan membawa seekor anjing yang bernama Lorfan, pekerjaan ini dilakukan Androlin pada setiap harinya dengan membawa anjing. Anjing lorfan ini selalu berguling hingga badannya penuh debu dan membersihkan tubuhnya, sehingga pada suatu ketika anjing lorfan ini menemukan sumber air yang memancar dari bawah pohon kayu kalyarit yang kemudian jejaknya diikuti oleh Androlin sehingga pada akhirnya Androlin tidak kembali lagi ke Batnyam namun tetap tinggal di Oryoin.
Dari hari ke hari jumlah jiwa mereka bertambah banyak hingga mencapai 40 orang sehingga mereka terbagi, ada yang menempati Ulsolnar, dan ada pula yang menempati Bnumangsusur.
Marga berikutnya yang bergabung di Oryoin adalah marga Batlayeri dengan moyangnya yang bernama Ainamin Resiwomin bersama seluruh marganya hidup dalam suasana aman dan bahagia di pulau Bersadi, namun di dalam marga ini ada seorang nenek yang memiliki ilmu hitan (suanggi) yang badannya penuh luka, dan pada suatu ketika nenek tersebut melihat dan mendengar seorang bayi yang setiap hari selalu menangis sehingga nenek ini membujuk anak bayi yang selalu menangis hingga pada akhirnya nenek tersebut memberikan jari yang penuh luka untuk anak bayi itu menyusui dan ternyata bayi itupun terdiam, hingga suatu ketika moyang Ayenamin Resiwomin merencanakan untuk membunuh nenek tersebut, dan rencananya berhasil hingga pada saat terjadi pembunuhan keluarlah ular bisa dan lipan atau kaki seribu dari badan nenek tersebut yang mengakibatkan tenggelamnya pulau bersadi.
Setelah tenggelamnya Pulau Bersadi marga Batlayeri meneruskan perjalanan ke Selwulyaru, kemudian mereka ke Makatian, dan dari Makatian mereka menyebrang ke sebelah Timur dengan membawa sebuah parang yang bernama Kormasel dan tombak yang bernama Leptet menuju ke Obyat. Dari Orbyat mereka berpindah ke Kilmasa, dan dari Kilmasa mereka berpindah lagi ke Wer Kelmias dan akhirnya tiba di tanjung Oryoin.
Soa Ketiga yang tiba di tanjung Oryoin adalah Soa Kundalim terdiri dari beberapa marga yang berdatangan dari berbagai tempat salah satunya adalah marga Lambatir yang awal mulanya berasal dari desa Keliobar Pulau Larat, kemudian mereka berpindah ke Lelingluan, dan dari Lelingluan berpindah lagi ke Watmuri, dan dari Watmuri mereka berpindah ke Oryoin dan menyatu dengan marga lain di Oryoin.
Ketiga Soa ini yaitu Lerebulan, Kormbadalim dan Kundalim ini hidup rukun dan damai di tanjung Oryoin sehingga dari hari ke hari akhirnya terbentuklah Desa Alusi Krawain sampai saat ini.
Sejarah Kunjungan Presiden RI Ir. Soekarno
Kemudian selanjudnya pada tanggal 04 November 1958 hadirlah di tengah masyarakat Alusi Krawain Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Ir. Soekarno dengan menggunakan kapal Berlian yang di kawal oleh dua kapal lainnya yaitu Kapal Pati Yunus dan Patimura.
Sejarah Kunjungan Duta Vatikan
Selanjutnya pada tahun 1974 hadirlah Duta Vatikan untuk Pemerintah Indonesia yang bernama Finsenso Faranau di desa Alusi Krawain.